Minggu, 21 Juni 2015

Training "Jadi Wanita"

Sudah jalan 3 malam sejak penghuni di kos saya, termasuk keluarga Bapak-Ibu Kos juga, sahurnya sama-sama. Berawal dari celetukan Ari (salah satu teman di kos) di warung soto untuk sahur bersama, berlanjut membawa isu tersebut ke Ibu Kos hingga obrolan penentuan udunan (istilah di Bahasa Sunda yang artinya urunan atau patungan kalo di Bahasa Jawa) di teras yang berjalan cukup alot, akhirnya terjadilah rutinitas makan bareng itu setiap jam 4 pagi. Bah, saya nggak pernah menyangka hidup bisa selucu ini di tempat perantauan.

Pertanyaan Revi


“Emang sebenernya apa sih yang lu cari?”

Pertanyaan pendek itu terlontar tepat beberapa detik setelah giliran saya bercerita selesai dengan penutup, “ Jadi gitu, Vi. Random idup gue mah.” Obrolan kami sebenarnya hanya berawal dari seputar hal remeh temeh tentang musik kesukaan. Bukan, jelas bukan obrolan serius tentang perkembangan musik dunia ala pengamat musik, melainkan lagu-lagu yang sering lewat saja di telinga kami.  Dari kamarnya, saya sering mendengar ada suara petikan gitar mengalunkan nada-nada lawas yang lebih familiar di telinga saya dibandingkan lagu-lagu kekinian. Sebulan berjalan, saya baru tahu bahwa orang inilah yang sering mengalunkan nada-nada petik itu dari kamar sebelah. Namanya Revi.