Minggu, 15 Desember 2013

Menjadi Ibu


Usianya hanya terpaut sekitar 10 tahun denganku, dan anaknya sudah dua, Doni (7 tahun) dan Nanda (13 tahun).  Wajahnya belum menampakkan kerutan berarti dan gerak-geriknya sangat cekatan. Nada bicaranya selalu antusias ketika mengetahui sesuatu yang baru dan pernah berkata paling tidak tega melihat anak kucing kedinginan di jalanan. Ia ibuku, ibu angkatku yang selama setahun terakhir ini kurepoti hidupnya dan hidup keluarganya. Namanya Ibu Umi, kalau para tetangga memanggilnya.

Suatu ketika aku sedang membantu anak pertamanya, Nanda,yang sudah SMP kelas 1 mengerjakan PR Bahasa Inggris di dalam kamar. Ibu Umi memanggilku dan menanyakan tentang petunjuk penggunaan suatu alat di buku manual yang bahasa pengantarnya Bahasa Inggris. Selesai membacakan artinya, ibu berkata,
“Kalau Cuma ON sama OFF aku tahu, Sin (karena usia yang terpaut tak jauh, ayah dan ibu angkatku di sini lebih menganggapku sebagai adik mereka, sehingga sering panggil nama). Soalnya di kompor itu juga ada yang buat nyalakan itu.”
“Ooh dulu pernah belajar bahasa Inggris kah?” tanyaku.
“ Dulu waktu sekolah ngaji suka lihat ada guru yang ngasih belajar bahasa Inggris sama anak-anak SMP. Trus aku sering ikut-ikut belajar juga,” jawab ibuku sambil tertawa-tawa sambil mengenang.

Aku seperti bisa membayangkan pada hari itu. Bertahun-tahun yang lalu, Ibu Umi kecil yang habis lulus SD pergi mengaji setiap hari di sebuah pondok ngaji dekat rumahnya alih-alih mengenyam bangku SMP. Sesekali saat istirahat mengaji, ia intip-intip sekolah SMP sebelah yang ada guru yang mengajar Bahasa Inggrisnya. Ia ikut belajar dengan mendengarkan ala kadarnya, dan mengingat sebisanya.
Aku ingin berada pada hari itu. Hari ketika aku melihat seorang gadis kecil dengan tekun menonton anak-anak sebayanya belajar karena rasa ingin tahunya yang besar. Aku ingin bisa menyapanya. Menanyakan siapa namanya, dan mengapa dia tidak ikut masuk ke kelas. Aku ingin membawanya ke sekolah dan melihat dia duduk di salah satu bangkunya.
Tapi....

Gadis kecil itu kini sudah beranjak dewasa. Menjadi wanita dengan dua orang anak yang dicintainya. Menjadi pendongeng ketika malam tiba, temani anaknya yang paling kecil, Doni, berceloteh sesaat sebelum tidur. Menjadi guru yang baik di rumah bagi kedua anaknya. Dan menjadi pembelajar yang baik di setiap kesempatan hidupnya.
Menjadi Ibu.